BAB
I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Menjelaskan merupakan aktivitas yang paling sering
dilakukan oleh seorang pemateri dalam menyampaikan materi.
Dalam kegiatan pembelajaran, menjelaskan berarti mengorganisasikan materi
pembelajaran dalam tata urutan yang terencana secara sistematis sehingga dengan
mudah dapat dipahami oleh peserta mentor/instruktur. Keterampilan menjelaskan mutlak perlu dimiliki oleh setiap tenaga mentor/instruktur.
Setiap mentor/instruktur harus dapat menjelaskan berbagai hal kepada peserta mentoringnya.
Penjelasan yang disampaikan harus sesuai dengan tingkat kemampuan berpikir
peserta. Misalnya anda akan menjelaskan konsep ”atas”. Jika pesertanya
adalah anak usia TK (4 – 5 tahun) maka dia harus menjelaskan konsep tersebut
secara konkret dan nyata. Cara yang dapat dilakukannya antara lain melalui
lagu, gerakan atau contoh benda-benda yang berada di atas atau penggabungan
dari cara-cara tersebut.
Contoh menjelaskan konsep ”atas” pada anak Tk melalui
lagu
Atas itu atas
Bawah itu bawah
Atas atas bawah bawah saya tidak lupa
Kepala itu atas
Kaki itu bawah
Kepala atas
Kaki bawah saya tidak lupa
Lagu tersebut dinyanyikan sambil memberi contoh bergerak
sesuai syair lagu dan dilakukan secara berulang-ulang.
Nah, jika cara tersebut diterapkan pada mahasiswa,
maka peserta mentoring anda mungkin akan berkomentar: ”Emangnya gue anak kecil!” dan
mungkin Anda akan dianggap sebagai kakak yang ”aneh” dan tidak kompeten.
Untuk peserta
mentoringnya mahasiswa (anak di atas
usia dini), Anda bisa menjelaskan konsep tersebut dengan cara yang lebih
abstrak. Misalnya dengan definisi ”ATAS” adalah....bla bla..bla...dan
seterusnya. Hal ini dimungkinkan karena kemampuan berpikir (kognitif)
anak yang sudah lebih besar sudah lebih tinggi dan mengarah ke kemampuan
berpikir abstrak.
Jadi, keterampilan menjelaskan juga tidak sekedar asal
menyampaikan informasi. Namun harus disesuaikan dengan audience yang kita hadapi.
B.
Deskripsi program
Mentoring
adalah pembinaan dan
pengkaderan anggota baru HMJ MPI IAIN Batusangkar yang
dilakukan oleh mentor yang ditunjuk oleh Ketua HMJ MPI IAIN Batusangkar. Kegiatan
ini dilakukakan dalam bentuk penyampaian materi dan diskusi kelompok
oleh tenaga mentor ataupun pemateri lainya yang diminta oleh tenaga mentor
sendiri.
Dalam pelaksanaan mentoring, anggota baru di HMJ
MPI dibagi menjadi beberapa kelompok dan setiap kelompok akan dibimbing oleh
seorang tenaga mentor
C.
Batasan
dan Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi pembatasan
masalah dalam proposal ini adalah:
“ Bagaimana pelakasanaan Mentoring bagi
Mahasiswa Baru Jurusan Manajemen Pendidikan Islam Tahun 2015”
Adapun rumusan masalahnya adalah
sebagai berikut :
1. Bagaimana persiapan Ketua HMJ MPI
dalam pelaksanaan Mentoring bagi Mahasiswa Baru tersebut.?
2. Bagaimana persiapan Tim mentor dalam
proses melaksanakan Mentoring bagi Mahasiswa Baru.?
D.
Tujuan
Evaluasi
Dari
rumusan masalah diatas, adapun tujuannya adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui persiapan Ketua HMJ
MPI dalam pelaksanaan Mentoring bagi Mahasiswa Baru tersebut.
2. Untuk mengetahui persiapan Tim
mentor dalam proses melaksanakan Mentoring bagi Mahasiswa Baru.
E.
Manfaat
Evaluasi
Manfaat dari evaluasi program Mentoring
secara aplikatif adalah:
1. Untuk membantu Ketua HMJ MPI dalam menjalankan
programnya dengan membentuk Tim Mentor bagi Mahasiswa Baru.
2. Membantu Tim Mentor dalam
mempersiapkan pelaksanaan Mentoring Mahasiswa Baru Jurusan MPI Tahun 2015.
Manfaat evaluasi program secara teoritis
adalah:
BAB
II
KAJIAN
TEORI
A.
Kajian
teori
MENTORING
MAHASISWA BARU MPI IAIN BATUSANGKAR
1. KETERAMPILAN
BERTANYA
Dalam
kegiatan mentoring tujuan pertanyaan yang
dijukan mentor/instruktur
ialah agar peserta mentoring
belajar memperoleh pengetahuan dan meningkatkan kemampuan berpikir, baik berupa
kalimat Tanya atau suruhan yang menuntut respon peserta mentoring.
Artinya, pertanyaan yang diajukan mempunyai pengaruh dalam pencapaian
hasil kegiatan,
sehingga ketrampilan bertanya dibedakan atas :
a. Ketrampilan bertanya dasar, mempunyai
beberapa komponen yang perlu diterapkan dalam mengajukan segala jenis
pertanyaan, sedangkan
b. Keterampilan bertanya lanjut : lanjutan
dari bertanya dasar yang mengutamakan usaha pengembangan kemampuan berfikir peserta.
Tujuan
Bertanya yang Akan Dicapai
a.
Membangkitkan minat dan rasa ingin tahu
terhadap pokok bahasan
b.
Memusatkan perhatian
c.
Mendiaknosis kegiatan khusus yang
menghambat proses kegiatan
mentoring
2.
KETERAMPILAN MENGADAKAN
VARIASI
Bosan merupakan
masalah yang selalu terjadi dimana-mana dan orang selalu berusaha
menghilangkannya, bosan terjadi jika seseorang selalu melihat, merasakan,
mengalami peristiwa yang sama secara berulang-ulang, bertemu dengan hal-hal
yang “itu-itu” juga dan tidak ada sesuatu yang diharapkan.
Variasi dalam kegiatan ini dimaksudkan sebagai proses perubahan
dalam pengajaran yang dapat dikelompokkan dalam variasi :
- Gaya mengajar
- Penggunaan alat dan media pengajaran
- Pola interaksi dalam kelas.
- Tata ruangan
- Dan lain sebagainya
Pinsip Penggunaan Variasi
1. Hendaknya
digunakan dengan maksud tertentu, relevan dengan tujuan yang hendak dicapai,
penggunaan variasi yang wajar dan beragam sangat dianjurkan,
- Variasi hendaknya digunakan dengan secara lancar dan berkesinambungan sehingga tidak merusak perhatian dan mengganggu kegiatan
- Komponen mengadakan variasi tertentu sangat memerlukan susunan dan perencanaan yang baik.
Komponen
Keterampilan
- Penggunaan Variasi Suara
Perubahan
suara dari keras
menjadi lemah, gembira menjadi sedih atau memberikan penekanan pada kata-kata
tertentu.
- Pemusatan Perhatian
Pemusatan
perhatian pada hal yang penting dapat
dilakukan dengan perkataan.
“
Perhatikan baik-baik “dengar baik-baik ”nah, ini penting sekali, dsb.
Biasanya
cara pemusatan ini diikuti dengan isyarat menunjukkan kepapan tulis, dll.
- Kesenyapan
Kesenyapan
yang tiba-tiba yang disengaja ketika
kegiatan berlangsung merupakan alat yang baik untuk menarik
perhatian karena peserta
ingin tahu apa yang terjadi.
Dalam
mengajukan pertanyaan,
mentor/instruktur menggunakan waktu tunggu atau
kesenyapan memberikan kesempatan siswa berpikir.
- Mengadakan Kontak Pandang
Ketika berinteraksi sebaiknya pandangan menjelajahi seisi kelas
dan melihat murid-murid untuk menunjukan hubungan yang intim dengan mereka.
Kontak
pandang dapat digunakan untuk menyampaikan informasi seperti : membesarkan mata
tnda tercegang.
- Gerakan Badan Dan Mimik
Ekpresi
wajah, gerakan kepala, dan
gerakan badan yang dilakukan
mentor/instruktur adalah aspek yang sangat penting dalam
komunikasi.
Ekpresi
wajah misalnya tersenyum cemberut, mengerutkan dahi berjalan mendekati berdiri
siap membantu dan lain-lain.
3.
KEISLAMAN
Allah swt. yang telah menciptakan
alam semesta ini telah memutuskan dalam takdir-Nya berbagai ketentuan atas
seluruh makhluk. Berdasarkan sifatnya, takdir itu dapat diklasifikasikan
menjadi takdir kaunni yang sering disebut juga sebagai sunnatulah fil kaun
[ketentuan/hukum alam] dan takdir syar’i [ketentuan hukum]. Takdir kauni
berlaku umum bagi seluruh makhluk di alam ini tanpa kecuali, tak ada yang dapat
menghindar. Pada ketentuan inilah segala yang ada di langit dan di bumi tunduk
kepada Allah swt. dengan suka rela atau terpaksa. Ketentuan syar’i pasti senada
dan selaras dengan ketentuan kauni. Ketentuan syar’i menghendaki agar makhluk
tunduk, sujud, tasbih, dan tahmid kepada Allah al-Khaliq. Aturan-aturan
syar’iyah itu disebutkan Islam yang diturunkan melalui para rasul untuk
manusia.
Berbeda
dengan takdir kauni [makhluk tak punya pilihan], takdir syar’i memberi peluang
kepada manusia dan jin untuk memilih namun dengan konsekuensi bahwa mereka akan
mendapat balasan sesuai dengan pilihannya. Karena itulah dalam perkembangannya
sikap mereka tidak sama. Yang menerimanya disebut muslim karena ia tunduk dan
patuh sebagaimana sikap alam semesta terhadap takdir kauni. Yang
menolaknya disebut kafir karena ia menutupi nikmat Allah yang diberikan
kepadanya dengan kesombongan dan pembangkangan.
Kewajiban
Patuh kepada Sunnatullah
Baik
takdir syar’i maupun takdir kauni, semuanya diberlakukan di alam ini demi
keselarasan dan keharmonisan hidup setiap makhluk, agar ia menjalani kehidupan
ini sesuai dengan ketentuan yang sudah digariskan dan tidak melewati
batas-batas. Sikap yang dilakukan manusia terhadap ketentuan ini harus sejalan
dengan sikap alam semesta yaitu tunduk dan berserah diri kepada sunnatullah.
Meskipun manusia merupakan bagian dari alam semesta ini,
namun karena dijadikan sebagai pengelola yang diberi akal dan nafsu, kadang
sifatnya tidak selalu taat kepada sunnatullah itu. Karena
ia dalah makhluk yang istimewa, kadang ia merasa congkak dan sombong. Kedudukan
manusia yang lebih tinggi [potensi dan kemampuannya yang berbeda] menuntut
ketentuan tambahan yang tidak sama dengan ketentuan yang diterapkan pada alam
[diciptakan sebagai fasilitas hidupnya]. Dalam kerangka itulah kemudian kita
menemukan sunnatullah pada alam semesta dan sunnatullah pada manusia.
Sunnatullah
di alam semesta
Ketentuan
Allah terhadap alam semesta bersifat mutlak, tetap, dan terus menerus. mutlak
karena ia berlaku umum bagi seluruh makhluk dan tidak dapat ditolak. Tetap
karena tidak berubah kecuali apabila Allah menghendaki untuk menunjukkan
kekuasaan-Nya sebagaimana yang terjadi pada mukjizat dan karamah.
Terus-menerus, karena tidak berhenti selama ada fariabel dan sebab-musababnya.
Sunatullah yang demikian disebut faktor kauni yang disikapi dengan ketundukan
dan pasrah. Pelanggaran terhadap ketentuan ini akan menyebabkan akibat fatal
yang dapat dirasakan langsung atau tidak langsung, sekarang atau yang akan datang.
Sunnatullah
pada Manusia
Di
samping berlaku sunnatullah sebagaimana di atas, manusia mendapat hidayah.
Manusia juga diberi nafsu yang memiliki kemampuan untuk berkehendak dan akal
yang memiliki kemampuan untuk memilih. Ketentuan syar’i dimaksudkan untuk
memagari nafsu dan kebebasannya agar tidak menyebabkan terjadinya kerusakan
pasa sistem global di alam semesta ini. Terjadinya ketentuan inilah manusia
terbagi menjadi dua golongan, muslim dan kafir. Ketaatan atau pelanggaran
terhadap ketentuan ini akan mendapat konsekuensi hukum di dunia dan atau di
akhirat.
A. Konsep
Diri Seorang Muslim
Di
dalam Al Qur’an, telah nyata ditegaskan bahwa Allah swt menciptakan jin dan
manusia hanya untuk beribadah pada-Nya. Jadi inilah konsep diri yang paling
mendasar, yakni melakukan apa pun dalam hidup kita mulai dari yang ringan:
bernafas, bangun, beribadah, bekerja, bersosialisasi, berbisnis, mencari ilmu,
dan seterusnya, hanya semata2 untuk beribadah kepada Allah swt, mencari
keridhaan Allah swt. Singkatnya, Allah adalah tujuan hidup kita. Pada Allah
kita meminta, karena Allah kita berusaha, kepada Allah kita serahkan segala
urusan, dan hanya pada Allah swt kita kembali. Jadi, segala aktivitas yang tak
tak dihubungkan dengan keredhaaan Allah, tak ada gunanya dilakukan. Dibalik
penghambaan diri yang total tersebut, Allah swt telah menjanjikan rewards yang
tiada tara, yaitu pahala berupa tempat di surga. Jika seorang mukmin memahami
tujuan hidup yang jelas ini, tak ada yang berat baginya di dunia ini. Suka dan
duka akan berbuah pada pahala, dan akan dapat diterimanya dengan tawakkal.
Menjadi muslim berarti bukan lagi menjadi manusia biasa. Seorang
muslim itu istimewa karena keimanannya kepada Allah swt. Dan keimanan itu
menghadirkan sebuah karakter yang kokoh, karena sikap itu disandarkan pada
Al-Qur’an dan sunnah.
Ada banyak hadits dan ayat Al-Qur’an yang bisa menjadi pembentuk karakter
seorang muslim. Salah satunya adalah apa yang dinasehatkan oleh Rasulullah saw
kepada sahabatnya, Abu Dzar r.a.
اِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ،
وَأَتْبِعِ السَّيِّئَةَ الْحَسَنَةَ تَمْحُهَا، وَخَالِقِ النَّاسَ بِخُلُقٍ
حَسَنٍ
“Bertaqwalah kepada Allah di mana saja engkau berada, dan susullah
sesuatu perbuatan dosa dengan kebaikan, pasti akan menghapuskannya dan
bergaullah sesama manusia dengan akhlaq yang baik”.
Ada tiga karakter yang dikandung dalam hadits ini
1.
Integritas.
Rasulullah saw berpesan agar selalu bertaqwa di setiap tempat. Artinya
seorang muslim dituntut memiliki komitmen dan konsistensi untuk senantiasa
menjaga integritasnya. Di kantor, ia
harus menjaga ketaqwaannya dalam perilaku jujur dan profesional, tak menipu
atasan atau klien, tak berbuat khianat. Kesibukan tak memberikan dispensasi
untuk alpa sholat. Bahkan dalam kesibukan, sholat di awal waktu dan berjamaah
tetap terjaga. Saat kongkow dengan
teman-teman, orang lain terjaga oleh mulut dan tindakannya. Tidak meng-ghibah,
menghasut, atau mencelakai rekan kerja. Di
rumah, ia pun tetap menjaga ketaqwaannya. Ia tak melepaskan disiplin sholat
berjamaahnya meski sedang santai, juga memperlakukan anak dan pasangannya
dengan baik. Itulah muslim yang
bertaqwa. Memegang integritas di hadapan Allah swt dan manusia di mana saja
berada.
2.
Perbaikan.
Rasulullah meminta umatnya, melalui nasihat kepada Abu Dzar, agar
menyusul setiap kesalahan dengan kabaikan. Seorang muslim tak kan bisa
melepaskan sifat manusiawinya, yaitu sering kali khilaf dan berbuat salah.
Karena itu, ada eksepsi dari karakter alami manusia ini, yaitu mem-follow-up
kesalahan dengan perbaikan. Follow up
yang paling umum setelah melakukan kesalahan adalah meminta maaf. Bila
kesalahan itu dibuat kepada manusia, ia harus meminta maaf kepada yang
bersangkutan. Sedangkan bila dosa yang berhubungan kepada Allah swt, maka ia
harus bertaubat. Permintaan maaf
kadang tidak menyelesaikan masalah. Harus ada tindak lanjut perbaikan. Misalnya
kita tidak menepati janji kepada klien, produk yang kita hasilkan tidak sesuai
spesifikasi kesepakatan awal, maka perbaikilah dengan melengkapi apa yang
kurang. Seperti sebuah program komputer yang wajar bila ada bug, kemudian tugas
programmer untuk memperbaiki bug tersebut. Selain
minta maaf dan memperbaiki yang kurang, tambahkan juga kebaikan lain. Klien
protes kepada seorang programmer atas sebuah bug yang ditemuinya, lantas
programmer meminta maaf dan memperbaiki problem yang ditemui serta menambahkan
sebuah sebuah fitur pada aplikasinya agar sang klien senang dan kecewanya
terobati. Ibaratnya seperti itulah tebusan atas kesalahan kepada seseorang. Konsep diri ini juga mencerminkan konsep
Jepang yang disebut Kaizen. Yaitu perbaikan terus menerus.
3.
Kepribadian
“Dan
pergaulilah manusia dengan akhlak yang baik.” Begitu pesan Rasulullah saw.
Keunggulan Islam adalah pada konsep akhlak. Rasulullah mencontohkan sendiri
bagaimana aplikasi akhlak mulia dalam Islam. Kita tidak akan mengerti dengan
sempurna apa saja poin-poin akhlak Islam sebelum membaca kisahnya. Pribadi yang jujur, sopan santun, menjaga
perkataan, pemurah, penyabar, dll adalah daya rekat yang kuat agar orang lain
mendekat. Sebagai seorang atasan, ia tidak menyombongkan diri. Sebagai seorang
bawahan, ia menghormati atasan dan rekannya secara wajar, tidak mengghibahnya
atau menjelek-jelekkan rekan kerja. Sebagai seorang suami/istri, ia senantiasa
menjaga perasaan pasangannya. Sebagai seorang warga, ia memuliakan tetangganya.
Integritas, mau melakukan perbaikan, dan berkepribadian hangat adalah
karakter yang disenangi oleh klien, disenangi atasan, disenangi tetangga,
disenangi anggota keluarga, dan menjadi jalan menuju kesuksesan.
4. AKADEMIK DAN ORGANISASI
A. Akademik
Akademik menurut KBBI adalah usaha sadar
dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan
dirinya dan masyarakat. Pendidikan meliputi pengajaran keahlian khusus, dan
juga sesuatu yang tidak dapat dilihat.
Menurut Prof. Zaharai idris, M.A.
mengatakan akademik adalah serangkaian kegiatan
komunikasi yang bertujuan, antara manusia dewasa dengan si anak didik
secara tatap muka atau dengan menggunakan media dalam rangka memberikan bantuan
terhadap perkembangan anak seutuhnya.
Dan akademik menurut saya pribadi adalah
kegiatan belajar yang dilakukan oleh sekelompok individu yang didalamnya
terdapat pengajar dan orang yang menerima pelajaran yang dilakukan didalam
ruang lingkup kampus maupun dilingkungan luar pada umumnya.
B. Organisasi
Organisasi
menurut KBBI yang pertama adalah kesatuan (susunan dsb) yang terdiri atas
bagian-bagian (orang dsb) dalam perkumpulan untuk tujuan tertentu, kedua adalah
kelompok kerja sama antara orang-orang yang diadakan untuk mencapai tujuan
bersama.
C.
Antara
Akademik Dan Organisasi
Berbicara mengenai kategori mahasiswa
ideal tentu menarik untuk dibahas, dalam konteks akademik mahasiswa mempunyai
tanggung jawab terhadap almamaternya, sekaligus untuk diri sendiri dan orang
tua agar hasil dari kuliahnya bisa bermanfaat untuk masa depannya.
Lalu konteks yang ketiga adalah
organisasi, disisi lain mahasiswa juga disebut sebagai “agent social of change” atau agen perubahan sosial. Pada kehidupan
mahasiswa, diorganisasilah mereka belajar banyak tentang masalah-masalah dan
ilmu-ilmu sosial.Predikat “agent social
of change” sudah mengakar pada pandanganmasyarakat umum bahwa mahasiswa
sebagai garda terdepan dalam menatap perubahan masa depan bangsa.
Organisasi adalah kumpulan orang yang
bekerja sama untuk mencapai tujuan tertentu. Didalam organisasi, jika tujuan
yang ditetapkan ingin dicapai secara efektif dan efisien, maka enterpreneur
harus menerapkan konsep manajemen.Dalam opini publik, aktif di organisasi kemahasiswaan kerap mendapat stigma
buruk. Stigma itu didasari oleh kenyataan, aktif di organisasi bisa berdampak
buruk bagi proses perkuliahan. Berorganisasi bisa menghambat agenda perkuliahan
mahasiswa, berorganisasi menelantarkan kuliah mahasiswa, berorganisasi
menjadikan kuliah mahasiswa terbengkalai. Demikian stigma buruk publik,
utamanya orang tua mahasiswa sendiri yang menilai keaktifan mahasiswa dalam
berlembaga.
Sulit disangkal
beorganisasi kerap menghambat proses perkuliahan. Sebab tidak jarang mahasiswa
yang aktif berlembaga, masa kuliahnya molor satu sampai dua tahun dari waktu
idealnya. Malah, pada beberapa kasus, ada mahasiswa yang aktif di organisasi
didrop-out dari kampus lantaran serius dan sibuknya beroganisasi di kampus.
Namun kenyataan itu tidak boleh menafikan fakta lain, banyak juga diantara
mahasiswa yang aktif berorganisasi kuliahnya mulus, lancar dan selesai sesuai
target. Fenomena ini menunjukkan stigma publik yang aktif diorganisasi
sesungguhnya keliru. Berorganisasi tidak selamanya menghambat masa perkuliahan.
Sehingga organisasi tak boleh dijadikan kambing hitam atas terhambatnya kuliah.
Persoalan ini akan kembali pada masing-masing mahasiswa bagaimana mengelola dan
menyeimbangkan waktunya antara akademik dan organisasi.
Wacana akademik
dan organisasi sesungguhnya tidak boleh dibenturkan. Sebagai mahasiswa,
kedua-duanya bukan hal yang dikotomis (terpisah). Sebab antara akademik dan organisasi
sama-sama merupakan panggung yang dimiliki mahasiswa dalam mengarungi dunia
kampus. Tidak lengkap rasanya menjadi mahasiswa jika tidak berorganisasi, juga
tidak sempurna misalnya menjadi mahasiswa kalau tidak mengecap dunia
kelembagaan. Kebenaran tesis ini bisa dibuktikan sendiri oleh mahasiswa. Yang
pasti, menafikan atau mengabaikan organisasi dalam ber-mahasiswa sama artinya
meninggalkan atau meniadakan panggung kemahasiswaan yang ada di kampus.
Dunia kampus
menawarkan begitu banyak organisasi bagi mahasiswa utamanya bagi mahasiswa
baru. Tidak ada salah dan ruginya memilih salah satu jenis organisasi yang ada
di kampus yang sesuai dengan minat dan bakatnya. Malah, peranan organisasi
begitu penting bagi kemajuan intelektual dan kematangan berpikir mahasiswa.
Ruang di organisasi lebih besar dan efektif membentuk wacana dan pola pikir
mahasiswa. Mahasiswa bisa bebas berkreasi dan mengembangkan minat dan bakatnya
di organisasi tersebut. Kemampuan komunikasi, kepemimpinan, soft skill dan
karakter mahasiswa akan terbentuk bila aktif berorganisasi. Dengan
berorganisasi, mahasiswa juga dapat memperluas jalinan pertemanan dan jaringan
perkenalannya dengan pihak luar yang peranannya cukup penting ketika
meninggalkan kampus. Sehingga manfaat berorganisasi begitu besar bagi diri dan
masa depan mahasiswa itu sendiri.
Oleh karenanya,
bagi mahasiswa baru yang baru menginjakkan kaki di dunia kampus jangan
ragu-ragu nantinya memilih salah satu organisasi baik internal (himpunan atau
BEM) maupun eksternal (UKM atau organisasi kultur) untuk mengembangkan bakat
dan kemampuannya di kampus.
Selain soal akademik,
perkuliahan juga erat kaitannya dengan kehidupan organisasi. Sebagian mahasiswa
berpikir bahwa mengikuti organisasi hanya akan menyita waktu dan tenaga.
Selain soal akademik, perkuliahan juga
erat kaitannya dengan kehidupan organisasi. Sebagian mahasiswa berpikir bahwa
mengikuti organisasi hanya akan menyita waktu dan tenaga.
Ada juga yang terlalu aktif
berorganisasi. Tak jarang mereka lantas lupa dengan tugas utamanya untuk
belajar. Berorganisasi dan belajar memang seperti dua sisi keping mata uang.
Berbeda tetapi berkaitan dan akan saling mendukung.
B.
Kajian
penelitian / Evaluasi yang Relevan
Peneliti
ini mengacu pada penelitian yang sudah pernah dilakukan oleh peneliti
sebelumnya yaitu:
Penelitian
Edi Sulis Purwanto dengan judul” Program Mentorinng Mahasiswa Baru MPI IAIN
Batusangkar ” objek penelitiannya adalah orang- orang yang
berkecimpung didalam lembaga HMJ MPI Tersebut, dengan hasil penelitian yaitu
upaya ketua HMJ dalam meningkatkan kemandirian dan membentuk watak seorang
individu.
Dari
penelitian diatas ada beberapa perbedaan dengan penelitian yang penulis
lakukan. penelitian ini memfokuskan pada bagaimana Program Mentoring HMJ
Mahasiswa Baru Terlaksana dengan baik pada Mahasiswa Baru IAIN Batusangkar.
C.
Kerangka
berfikir
Berdasarkan
latar belakang dan kajian teori yang dikemukakan diatas, penulis menyimpulkan
bahwa pentingnya Program Mentoring bagi Mahasiswa Baru MPI IAIN Batusangkar.
Gunanya untuk memantapkan individu mahasiswa baru tersebut.
D.
Pertanyaan
evaluasi
Untuk membantu pemahaman tentang, ada beberapa pertanyaan
yang dapat diungkapkan sebgai contoh permasalahan, antara lain:
1. Apakah program sudah bekerja sesuai
rencana aslinya?
2. Apakah semua komponen pada program
berfungsi efektif atau ada yang perlu segera diperbaiki?
3. Berdasarkan data yang diperoleh,
apakah program seharusnya diimplementasikan ditempat lain?
4. Apakah ada kesanggupan HMJ MPI dalam
melakukan Mentoring terhadap Mahasiswa Baru ini?
5. Bagaimana kesiapan HMJ MPI dalam
melaksanakan Mentoring terhadap Mahasiswa Baru?
6. Bagaiamana perencanaan dan pelaksanaan kegiatan Mentoring terhadap
Mahasiswa Baru.?
BAB
III
METODE
EVALUASI
A.
Jenis
atau pendekatan evaluasi
Jenis penelitian adalah kualitatif
dengan pendekatan deskriptif kualitatif.
B.
Model
evaluasi yang digunakan
Model
evaluasi yang dugunakan dalam evaluasi program Mentoring Mahasiswa Baru HMJ MPI
adalah model evaluasi formatif. Pada Konsep evaluasi
ini menurut Scriven’s
meliputi sekumpulan kriteria
yang ekstrinsik atau mengenai
out put dan
memperlihatkan tujuan yang
berkualitas. Sciven’s menganjurkan bahwa evaluasi bukan hanya sekedar
menentukan tujuan yang hendak
dicapai tetapi juga
sebagai penilaian (assessment)
pada tujuan-tujuan yang bermanfaat. Evaluasi formatif meliputi
penilaian program untuk mengidentifikasi tujuan pada saat program masih
berjalan.
C.
Tempat
dan waktu
Tempat dan waktu evaluasi
dilaksanakan adalah sebagai berikut:
1. Tempat
Tempat evaluasi pelaksanaan Mentoring Mahasiswa Baru HMJ
MPI bertempat di Sekber HMJ MPI IAIN
Batusangkar.
2. Waktu
Waktu pelaksanaan Mentoring Mahasiswa Baru HMJ MPI pada:
Bulan : 28 Mei 2016
Hari : Sabtu
D.
Populasi
dan sampel evaluasi
E.
Teknik
Pengumpulan data Instrumen yang digunakan
F.
Faliditas
dan Reabilitas
G.
Analisis Data
H.
Kriteria
Keberhasilan
Assalamualaikum kak
BalasHapusSaya sari mahasiswa iain batusangkar jurusan mi
Mau bertanya kak, apakah monitoring dan evaluasi itu ada bersifat data??
Terimakasih, wassalammu'alaikum